"DARI LADANG MENUJU ALTAR TUHAN: PERJALANAN SEORANG ANAK PETANI MENJADI PELAYAN TUHAN"

       “Mereka Pun meninggalkan Segala                  Sesuatu Lalu Mengikuti Yesus"
                            (Luk. 5:11)

Perjalanan manusia di dunia ini dapat diibaratkan sebagai peziarahan yang penuh makna dan manfaat. Dalam peziarahan ini, setiap individu berusaha untuk mengubah dirinya sendiri, bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal spiritual dan emosional. Kebahagiaan, dalam konteks ini, tidak hanya diukur berdasarkan kekayaan material, tetapi lebih pada bagaimana seseorang berhasil mengubah dan membentuk dirinya sendiri dari keadaan yang kurang baik menuju kebaikan. Hidup dalam kondisi yang kurang baik seringkali membuat seseorang merasa terjebak dan tidak mampu berkembang. Oleh karena itu, penting untuk bangkit dan bergerak menuju kehidupan baru yang lebih baik dan membahagiakan.

Dalam era modern ini, manusia terus berusaha untuk membebaskan diri dari berbagai bentuk pergumulan dan tantangan. Banyak orang melihat situasi dan peristiwa dalam hidup mereka sebagai hambatan dan tantangan yang harus dihadapi. Namun, apa sebenarnya makna dari pergumulan dan tantangan hidup? Jawaban atas pertanyaan ini tentu akan berbeda-beda bagi setiap individu. Bagi saya, pergumulan dan tantangan hidup adalah seni dan keindahan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kedewasaan manusiawi terletak pada bagaimana kita menangani dan menghadapi tantangan ini. Jadi, bukan hanya melihatnya sebagai hambatan, tetapi juga melihat nilai seni dan keindahan dibaliknya.

Pesan "Dari Ladang Menuju Altar Tuhan: Perjalanan Seorang Anak Petani Menjadi Imam" merupakan sebuah refleksi pribadi tentang perjalanan hidup yang sedang saya jalani saat ini. Judul ini menggambarkan latar belakang hidup saya yang berasal dari keluarga petani ladang. Sejak kecil, saya sering menghabiskan waktu berbulan-bulan di ladang bersama orang tua. Saya telah menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana pekerjaan menjadi seorang petani ladang. Seperti halnya pekerjaan manusia lainnya, petani ladang juga memiliki impian dan harapan untuk meraih kesuksesan.

Namun, pertumbuhan dan perkembangan seseorang tidak berhenti pada satu titik, seperti menjadi seorang petani ladang. Hidup manusia bersifat dinamis dan selalu berubah. Saya menyadari bahwa ada potensi dan panggilan yang lebih besar dalam diri saya. Oleh karena itu, perjalanan hidup saya tidak hanya sebatas dari ladang, tetapi juga menuju ke arah yang lebih tinggi, yaitu menjadi seorang imam. Saya percaya bahwa panggilan ini adalah bagian dari perjalanan spiritual dan pelayanan saya kepada Tuhan.
Dalam perjalanan ini, saya mengalami berbagai pengalaman dan tantangan yang membentuk dan mengubah diri saya. Saya belajar untuk menghargai kerja keras dan ketekunan yang diajarkan oleh pekerjaan di ladang. Saya juga belajar untuk mengembangkan diri secara pribadi dan spiritual agar dapat memenuhi panggilan saya sebagai seorang imam. Dengan demikian, tema "Dari Ladang Menuju Altar Tuhan: Perjalanan Seorang Anak Petani Menjadi Imam" merupakan sebuah permenungan tentang perjalanan hidup saya yang menggambarkan transformasi dari latar belakang petani ladang menjadi panggilan yang lebih tinggi sebagai seorang imam.

Ladang memiliki makna yang sangat penting bagi saya. Itu adalah tempat di mana saya dibentuk oleh kedua orang tua saya. Ladang adalah langkah awal saya dalam proses belajar dan tumbuh. Saya tidak melihat ladang sebagai tempat penuh dengan pergumulan dan hambatan dalam mencapai tujuan hidup. Sebaliknya, ladang adalah tempat di mana saya belajar dan mendapatkan pengetahuan baru untuk mencapai kebaikan. Pekerjaan sebagai petani ladang tidak boleh dipandang sebelah mata atau dianggap tidak halal. Melalui pekerjaan ini, kita dapat memenuhi kebutuhan hidup kita melalui hasil bumi yang ditanam. Saya sangat bangga dengan kedua orang tua saya yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya. Meskipun mereka bukan orang bergelar sarjana seperti orang lain, mereka adalah orang yang sederhana dan pekerja keras. Mereka adalah contoh nyata dari kerja keras, baik dalam pekerjaan mereka sebagai petani ladang maupun dalam mendidik kami, anak-anak mereka. 

Menjadi orang baik dan hebat adalah hak setiap individu, tidak peduli apakah mereka berasal dari keluarga kaya atau keluarga miskin. Tidak ada alasan untuk merasa tidak pantas atau tidak layak untuk meraih impian kita. Saya mengerti bahwa mungkin ada keraguan dalam diri, terutama karena latar belakang sebagai anak petani ladang yang tidak memiliki banyak kekayaan material. Namun, penting untuk diingat bahwa menjadi hebat tidak hanya terkait dengan faktor materi atau status sosial. Menjadi seorang pelayan Tuhan memang membutuhkan potensi, kepiawaian, kecerdasan, dan kreativitas. Namun, itu bukan berarti hanya orang-orang yang memiliki semua itu yang pantas untuk melayani Tuhan. Setiap individu memiliki keunikan dan potensi yang berbeda-beda, dan Tuhan memanggil kita sesuai dengan kemampuan dan bakat yang Dia berikan kepada kita.
Perjalanan hidup saya memiliki sejarah yang panjang, dan panggilan Tuhan tidak selalu datang ketika kita berada di tempat yang mewah atau indah. Tuhan memanggil saya dari ladang, tempat yang berharga dan bersejarah dalam hidupku. Ladang adalah tempat di mana saya belajar nilai-nilai kerja keras, ketekunan, dan kesederhanaan yang akan membentuk karakter saya sebagai seorang pelayan Tuhan. Keberhasilan atau kesuksesan yang kita raih dalam hidup ini adalah anugerah dari Tuhan, Sang Pemilik segala sesuatu. Setiap individu diberikan bagian yang unik sesuai dengan rencana-Nya. Sebagai orang yang beriman, kita seharusnya bersyukur kepada Tuhan atas kasih dan kesetiaan-Nya kepada kita. Kita terus berharap dan percaya kepada Tuhan yang tidak pernah melanggar janji-Nya. Harapan sejati adalah harapan yang ditempatkan dalam kepercayaan kepada Tuhan sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Gabriel Marcel, dengan memiliki harapan, manusia merasa sebagai peziarah yang yakin akan didukung oleh kekuatan lain dalam menghadapi perjalanan hidup yang penuh dengan penderitaan.
Dalam hidup ini, kita menyadari bahwa tidak semua hal berjalan sesuai rencana kita. Namun, ketika kita memiliki harapan dan kepercayaan kepada Tuhan, kita merasa diberdayakan dan didukung oleh kekuatan yang lebih besar. Harapan kepada Tuhan memberikan kita kekuatan untuk terus melangkah maju, bahkan dalam situasi yang sulit. Kita juga harus mengingat bahwa harapan kepada Tuhan bukan berarti kita hanya berdiam diri dan berharap segala sesuatu akan terjadi dengan sendirinya. Harapan yang sejati membutuhkan tindakan dan kerja keras dari kita. Kita harus bekerja keras, tetapi pada saat yang sama, kita juga harus percaya bahwa Tuhan akan memimpin dan membimbing langkah-langkah kita. Dalam perjalanan hidup ini, kita akan menghadapi berbagai penderitaan dan tantangan. Namun, dengan harapan kepada Tuhan, kita merasa diberdayakan dan memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan selalu bersama kita dan memberikan kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi segala sesuatu.
Panggilan dari ladang menuju Altar Tuhan adalah sebuah panggilan iman yang diberikan secara khusus kepada beberapa orang. Panggilan ini tidak dapat diterima oleh semua orang. Dalam permenunganku, aku menyadari bahwa Tuhan memanggilku dari ladang untuk melayani di Altar Kudus, tempat di mana perjamuan Ekaristi dirayakan. Ladang bukanlah sekadar tempat biasa, tetapi ladang adalah tempat di mana aku menabur diri. Kisah ini adalah kisah nyata dari pengalaman hidupku, di mana seorang anak petani dipanggil untuk melayani di Altar Kudus. Mungkin ada keraguan dalam diriku, karena sebagai seorang anak petani ladang, aku merasa tidak pantas berada di tempat yang suci seperti altar. Aku merasa bahwa hanya orang yang bersih dan kudus yang layak berada di sana.

Namun, aku menyadari bahwa panggilan Tuhan tidak tergantung pada latar belakang atau status sosial seseorang. Panggilan ini adalah anugerah dan rahmat dari Tuhan yang tidak dapat diukur dengan standar manusia. Tuhan memanggilku dengan alasan-Nya sendiri, dan harus menerima panggilan ini dengan penuh rendah hati dan kepercayaan. Meskipun aku merasa tidak layak, aku percaya bahwa Tuhan telah mempersiapkan dan membekali aku untuk tugas ini. Aku percaya bahwa panggilan yang kita jalani saat ini adalah panggilan yang suci dan berarti. Semua panggilan yang sedang kita jalani saat ini merupakan sebuah panggilan iman yang dapat membuat kita bahagia. Apapun panggilan kita, tetapi semuanya bermakna di mata Tuhan. 

Dalam perjalanan hidup ini, dari ladang menuju Altar Tuhan, saya merasakan panggilan yang khusus untuk menjadi pelayan Tuhan. Meskipun sebagai seorang anak petani ladang, awalnya merasa tidak pantas dan tidak layak untuk berada di tempat yang suci seperti Altar Tuhan. Namun, semakin menyadari bahwa panggilan ini adalah anugerah dan rahmat dari Tuhan yang tidak dapat diukur dengan standar manusia. Melalui perjalanan ini, kita belajar untuk menerima dan menghargai panggilan Tuhan dengan rendah hati. Panggilan ini membawa tanggung jawab besar dan tantangan yang harus kita hadapi. Namun, dengan bantuan dan rahmat Tuhan, kita siap untuk melayani dengan sepenuh hati.
Panggilan ini adalah bukti bahwa Tuhan melihat potensi dalam diri kita, meskipun latar belakang sebagai orang sederhana. percayalah bahwa Tuhan telah mempersiapkan dan membekali kita dengan segala yang diperlukan untuk menjalankan tugas ini. Kita berkomitmen untuk terus belajar, tumbuh, dan mengabdikan diri dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
Dari ladang menuju Altar Tuhan, perjalanan ini adalah sebuah karunia dan anugerah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kita terus bersyukur kepada Tuhan atas panggilan ini dan berharap dapat menjadi alat-Nya dalam membawa damai, kasih, dan harapan kepada dunia ini. Terima kasih Tuhan, atas panggilan-Mu yang luar biasa ini. Saya berserah sepenuhnya kepada-Mu dan siap untuk mengikuti kehendak-Mu dalam hidup ini.

_______________
Malang, 23 April 2024
Fr. Remigius, OSM

Entradas populares de este blog

NATAL ADALAH KAMU

SURAT BIJAK DARI LEMBAH ST. JULIE BILLIART